Baca beberapa hal berikut sebelum melakukan edit terjemahan.

Kim Woojin yang diusir dari ruanganku karena perintah Cheon Sayeon, terlihat sangat depresi. Ruangan yang disediakan bukan ada di sebelah ruanganku ataupun selantai, tapi di ujung lorong lantai 24.

Interior ruangannya sama, tapi karena gedungnya sangat luas, jadi jarak dari ujung lantai 24 ke ruanganku cukup jauh.

“Aku tidak ingin pergi…”

Kim Woojin yang mengemasi barang-barang yang dibawanya dari rumah, melihatku dengan tatapan murung. Dia tampak seperti seekor kucing yang ditendang paksa keluar dari kotak yang disukainya dan terlihat sangat teraniaya dan menderita.

“Kau tetap harus pergi.”

Sayangnya, tidak ada yang bisa kulakukan untuknya. Pemilik guild ini Cheon Sayeon dan pemilik gedungnya juga Cheon Sayeon. Selama dia hidup di dalam guild, dia tidak dalam posisi untuk memutuskannya.

“Kalau begitu, aku pergi…” Kim Woojin yang perlahan melihat ke mataku, bertanya dengan nada tidak yakin, “Bisakah aku datang untuk bertemu denganmu lagi?”

Kau akan datang meski kubilang tidak.

“Terserah.”

“Mn.”

Mau Daftar Jadi Membership Sekte Novel Secara Gratis?

Silahkan Klik Disini untuk melanjutkan

Sesaat setelah aku mengizinkannya, wajah Kim Woojin menjadi cerah karena lega.

Mungkin karena dia berpikir datang untuk bermain nanti, dia tidak bersikeras untuk tidak pergi dan dengan tenang mengikuti pelayan.

‘Untuk sesaat, ini akan tenang.”

Sejujurnya, aku tidak merasa kasihan karena tidak ada bedanya meski ada Kim Woojin atau tidak. Kututup pintu dan kembali ke ruanganku lalu berbaring di sofa.

Kututup mataku dan kesunyian yang damai menghampiriku. Dalam keadaan begitu, dengan tenang kurapikan pikiranku.

Melegakan rasanya aku bisa memberikan jubah kelas SS itu pada Ha Taeheon yang mana itu salah satu rencana terpentinnku. Meskipun tampaknya ada masalah lain yang muncul di tengah jalan.

Penting juga untuk mencari tahu masa lalu Han Yigyeol atau rencana Cheon Sayeon, tapi hal yang darurat sekarang adalah gate.

Aku harus menyelesaikan gate ini dengan cepat, jadi tidak akan ada masalah dengan rencanaku kedepannya.

‘Ayo periksa gate-nya dulu. Lalu bertemu Ha Taeheon… Oh, kalau dipikir lagi, aku juga harus menemui Park Geonho.’

Kenapa aku punya banyak sekali hal yang harus dikerjakan sih? Tidak mudah untuk akrab dengan orang-orang yang tidak bisa kutangani seperti ini.

Tok, tok!

Ketika aku sedang menikmati waktu santaiku, aku mendengar suara ketukan di pintu.

Ah, menyebalkan sekali. Ketika aku bangun dan membuka pintu, Kim Woojin yang baru saja pergi, berdiri di sana.

“Apa.”

Ketika aku melihatnya karena tak bisa berkata-kata, Kim Woojin dengan bangganya mengatakan omong kosong. “Kau bilang, aku bisa datang menemuimu.”

Bocah ini…

“Bukankahbaru kurang dari 30 menit sejak kau pergi?”

“Tidak ada yang bisa dilakukan di ruanganku.”

“Apa kau pemilik ruanganku?”

Kim Woojin memerosotkan bahunya lagi saat aku berdiri di lawang pintu.

Lalu, apa yang kau inginkan? Aku menatapnya tanpa memedulikannya, meski poros matanya murung dan mulai bergumam. “Kau bilang, aku boleh datang. Kau menipuku.”

Ya Tuhan.

“Kau b*jingan penipu… Jujurlah padaku. Kau membenciku, kan? Karena itu kau terus menajga jarak…”

Haah.”

Kenapa kau tidak menulis novel saja. Kau harus membuat novel. Kau bahkan bukan anak SD, jadi kenapa kau berkata seperti itu?

Kukeluarkan napas  berat dan berbalik.

“Kubiarkan kau masuk, jadi jangan pergi kemana-mana dan katakan kalau…”

“Mn.”

Kim Woojin memasuki ruangan dan pergi ke dapur sambil tersenyum. Apa kau sebegitu sukanya?

“Kenapa kau ke kulkas?”

“Kita harus makan malam.”

“Bukankah sekarang masih pukul 5?”

“Kalau begitu, camilan?”

Apa kau dirasuki oleh hantu makanan atau semacamnya? Sambil berbaring di sofa seperti seorang paman di hari libur, aku berkata, “Lupakan. Aku tidak makan.”

“Tidak, kau harus makan. Kau terlalu kurus.”

Mn. Aku setuju dengan itu.

Tubuh Han Yigyeol itu kurus dan lemah. Meski aku bukan tipe yang makan banyak, bahkan kupikir, aku makin kurus dari sebelumnya.

Apa aku sebaiknya coba latihan ya? Meski tak terjadi apapun, tidak ada yang salah dengan diet dan latihan.

Karena aku punya senjata kuat yang disebut ability, fisikku sedikit menyedihkan. Toh, tak terlalu banyak yang dibutuhkan untuk pertempuran jarak dekat.

“Lihat ini. Kau hampir tidak punya pergelangan kaki.”

Kim Woojin yang duduk di sofa sepertiku, memegang pergelangan kakiku. Terkejut akan sensasi sentuhan di mana tak terpikir olehku itu akan disentuh, aku melihat ke bawah.

Tangan Kim Woojin sepenuhnya menutupi pergelangan kakiku. Itu menandakan betapa besar tangannya.

‘Apa ini balasan?’

Seperti karena kau menyentuh pergelangan kakiku saat membalutnya, akan kulakukan sesuatu yang samasebagai balasan.

“Meskipun aku makin sedikit lebih banyak, pergelangan kaki dan tanganku tetap kurus.”

“Tetap saja.”

Kim Woojin menurunkan pandangannya dan melihat ke kakiku. Tangannya yang mana membalut seluruh pergelangan kakiku, perlahan mulai naik ke atas. Tangannya mencapai ke celanaku dan dengan lembut mengusap betisku.

“Apa kau suka dipijat?”

Kurasa itu bukan balasan. Itu hanya kebaikan yang tulus.

“… apa kau tahu caranya?”

Itu mencurigakan. Kim Woojin menganggukan kepalanya dan menarik tubuhku sedikit.

“Tidak, tunggu…”

Tangannya di sisi bawah betisku mulai mengusap kulitku dengan lembut. Tangannya yang mana mengusap betisku beberapa kali, bergerak naik turun dan menekan bagian belakang lututku dengan kuat. Kedua kakiku gemetar dengan refleks.

“Hei, hentikan.”

Jari-jarinya yang panjang perlahan bergerak menuju pahaku. Celanaku yang digelung sudah mencapai lututku, memperlihatkan betis yang putih bersih. Aku mengerut karena sensasi aneh dari pijatan sederhana.

Tangan KimWoojin yang mengusap betisku yang setengah terbuka, melewati pergelangan kakiku dan menutup sekitar sisi bawah tulang pergelangan kakiku. Sampai salah satu kakiku di letakan di atas bahu Kim Woojin, posisiku menjadi sangat aneh hingga sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata.

“…Kim Woojin.” Aku memanggil Kim Woojin yang sepenuhnya fokus pada kakiku yang satunya.

“Lepaskan sebelum aku menendangmu.”

“……”

Sejenak, Kim Woojin menentang dan perlahan melepaskan pergelangan kakiku.

Kalau dipikir lagi, Kim Woojin sudah pernah ditendang sekali. Itu pasti cukup menyakitkan karena aku menendangnya dengan keras, tapi kurasa dia ingat rasa sakitnya.

“Aku belum selesai dengan kaki satunya.”

“Aku tidak butuh.”

Kim Woojin yang berekspresi penuh sesal di wajahnya, mendorong kakiku ke sisi lain dan berdiri. Pria ini bahkan tidak membiarkan orang lain berbaring.

Apa kau bosan? Kudengar kalau kucing dan anjing itu mengganggu pemiliknya saat mereka bosan. Kurasa akan lebih baik untuk membuatnya melakukan sesuatu.

“Kim Woojin, masaklah. Makanlah segera dan bersih-bersih.”

“……”

Karena mendengar perkataanku, ekspresi Kim Woojin tidak terlalu bagus. Dia memalingkan wajahnya dariku dengan ekspresi dingin. Apa ini bukan jawaban yang benar?

“Tidak… Jika kau tidak mau, ya jangan.”

“Akan kulakukan. Kau harus diberi makan.”

Aku takkan lapar jika kau tidak masak. Ada pilihan untuk memesan makanan.

Tapi sebelum aku bisamenghentikannya, KimWoojinsudah menyelinap ke dapur. Aku tidak tahu harus berbuat apa.

Kim Woojin yang kesal sambil menyiapkan makanan, langsung tersipu dan menyeringai saat aku memujinya beberapa kali kalau makanannya lezat. Dia pria yang sederhana.

***

“Hwi.”

Rasanya damai sampai saat itu. Kuhabiskan waktuku membaca data gate yang kuterima dari Cheon Sayeon atau menonton TV dan Kim Woojin di sebelahku tak peduli apapun yang dia lakukan. Semuanya baik saja sampai saat itu. Tidak masalah.

“Kau tidak pergi?”

Kim Woojin tidak berpikir untuk kembali ke ruangannya setelah pukul 11 malam dan sekarang hampir pukul 12 malam.

“Apa kau ingin aku kembali?”

“Oh,” aku berkata sambil mematikan TV dengan remot kontrol. “Pergilah dan tidur. Aku mau tidur sekarang.”

“Aku ingin tidur di sini.”

Dia bicara sesuatu yang aneh lagi.

“Kenapa kau tidur di sini padahal kau punya kasur yang enak di kamarmu?”

“Tidak apa-apa karena sofanya besar.”

“Jangan bicara omong kosong dan keluar.”

“Hari ini saja!”

Kim Woojin berteriak sambil mencengkram sandaran tangan sofa. Aku berpikir menggunakan ability-ku untuk mengusirnya, tapi dia membuat ekspresi yang sangat sedih seakan aku telah melakukan kesalahan.

“Aku akan masak untukmu! Kau bilang itu lezat kan. Apa kau mau menggunakanku sebanyak yang kau bisa dan kemudian mengusirku?”

“……”

Kusilangkan tanganku dan menghela napas. Baiklah, lakukan yang kau mau.

“Ok, tapi mulai besok, jangan jadi keras kepala dan kembali ke ruanganmu.”

“Mn.”

Pada akhirnya sama saja. Kalau begitu, memang ada artinya punya ruangterpisah?

Bagaimanapun, meski aku mengizinkan, Kim Woojin tidak mendapat apa yang diinginkannya. Setelah pukul 12, pelayan Cheon Sayeon datang ke ruanganku dan mereka membawanya pergi tanpa memedulikan Kim Woojin yang berontak.

Aku dengan tenang mengangguk saat pelayan bilang padaku untuk tidak khawatir kalau mereka hanya membawanya kembali ke ruangannya. Kim Woojin melihatku seakan aku pengkhianat, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Seperti yang kukatakan sebelumnya, pemilik gedung ini adalah Cheon Sayeon.

***

Waktupun berlalu, hari Kamis yang dijanjikanpun tiba dan pelayandatang untuk menemuiku. Setelah dengan susah payah menyingkirkan Kim Woojin yang berlaku seakan dia juga akan pergi, aku pergi ke bawah ke pintu masuk gedung guild di mana Cheon Sayeon menyambutku.

“Lama tak jumpa, Han Yigyeol.”

“Aku bertemu denganmu minggu lalu.”

Apanya yang ‘lama’. Cheon Sayeon membuka pintu mobil san berkata dengan lembut, “Malu rasanya untuk dikatakan. Aku merindukanmu setiap hari.”

“Kau pasti sibuk membuat rencana agar caramu berhasil.”

“Kau tajam ya.”

Ketika aku masuk ke dalam mobil, Cheon Sayeon duduk di sebelahku dan menutup pintu mobil.

“Apa kau sudah baca informasi gate-nya?”

“Sampai batas tertentu.”

“Tanyakan padaku jika kau punya pertanyaan. Aku akan memberitahu dengan segenap hatiku.”

“Terima kasih, tapi aku akan menolak dengan sopan.”

“Sayang sekali.”

Mobilnya pun bergerak. Cheon Sayeon yang sejenak tak berkata apapun sambil melihat ke luar jendela, melihat kembali padaku dan berkata, “Han Yigyeol.”

“Apa?”

“Kurasa, kau dan aku harus membangun rasa saling percaya, bagaimana menurutmu?”

Apa yang barusan dia katakan?

Kutanya dengan segenap hatiku, “Memangnya mungkin?”

“Mana ada yang tidak bisa? Aku paham kalau ada persoalan lain yang saling disembunyikan, tapi bukankah beda halnya jika itu menyangkut soal gate? Kurasa kita bisa menjadi sekutu yang sangat baik.”

“Cheon Sayeon.”Tanpa menyembunyikan kejengkelanku, aku bertanya dengan tajam, “Jika itu kau, apa kau akan percaya pada orang yang mengambil adikmu yang sudah mati dan mengancammu? Bukankahlebih mudah percaya pada anjing yang lewat?”

Seakan terkejut, mata Cheon Sayeonsedikit melebar dan kemudian memiringkan kepalanya.

“Tidak diduga. Apa kau peduli soal itu?”

“Yaa, sudah pasti—”

“Kau dan aku akan sama dalam hal itu,”kata Cheon Sayeon dengan suara lembut.

“Bukankah kau tetap berpura-pura tidak tahu meski kau telah mengetahui kalau adikmu sudah mati? Untuk memanfaatkannya.”

“……”

“Jadi kuputuskan untuk menganggap kalau kau tidak peduli pada kematian adikmu. Apa aku salah?”

Setelahnya aku baru sadar kenapa dia bisa dengan sangat mudahnya menawarkan kerjasama. Cheon Sayeon sudah memastikan kalau aku tidak terobsesi pada adikku.

Bagaimanapun, dia mengira kalau aku sudah berubah dari saat aku menginginkan item bukannya adikku sebagai balasannya, jadi itu hasil yang alami.

“Cheon Sayeon.”

Bagaimanapun.

“Mungkin memang benar.”

Meski begitu.

“Tapikau tidak dalam posisi untuk mengatakan itu, kan?”

Untuk beberapa alasan, sulit rasanya untuk menahan apa yang terus kutahan dalam dadaku.

Tidak, bagaimana bisa seseorang yang baru saja tiba ke dunia ini bisa sama seperti seperti kakak aslinya? Tentu saja, memang benar kalau aku sepenuhnya orang asing bagi adiknya, tapi paling tidak, aku tidak berkata tentang adik Han Yigyeol dengan sembarangan.

“…kurasa. aku membuat kesalahan.”

Dia yang mendengarkanku, tanpa melawan mengakui kesalahannya. Dengan ekspresi yang tak ketara, Cheon Sayeon mengetukan lututnya dan membuka mulutnya lagi setelah diam sejenak.

“Lalu, bagaimana dengan gate?”

“…..”

“Apa kau akan terpengaruh oleh emosi dalam situasi seperti ini? Apa kau butuh bantuanku untuk mencari tahu soal masalah di gate?”

Pria ini dan pria itu sungguh keras kepala. Aku menghela napas dan menjawab, “Hanya gate.”

Cheon Sayeon tersenyum dengan sangat senang seakan dia senang akan jawabanku.

Tidak ada yang bisa kulakukan. Aku punya sedikit tanggungjawab soal gate… Terlalu bagus untuk menolak jika aku memberikannya pada Cheon Sayeon, jadi aku harus bisa segera memahami situasinya.

“Sekarang kita sekutu, aku yakin, kau siap untuk disuruh-suruh, Master Cheon Sayeon.”

“Tentu. Aku sungguh-sungguh menantikannya.”

 

 

 

______________________________________________________________________________________________________________________

~Bantu dukung aku dengan trakteer di link yang tertera di profilku ( ada di overview ) biar aku makin semangat nge-translate-nya dan cepat update-nya. Terima kasih~

Jika ada chapter error silahkan laporkan lewat komentar dibawah.

Bergabung ke Sekte Worldnovel untuk berdiskusi.