Baca beberapa hal berikut sebelum melakukan edit terjemahan.

Edgar Yogaswara, murid bengal yang baru saja dipindahkan sekolah padahal tahun pertama masih beberapa Minggu berjalan.

 

Sekarang pemuda itu sedang berdiri di depan kelas barunya. Kelas Otomotif C Tahun Pertama, SMK Tunas Bangsa. Ia tampak sangat jengah berdiri disana dengan memandangi teman-teman barunya yang juga tidak peduli kepadanya.

 

“Edgar, perkenalkan diri kamu,” ucap Bu Ratna wali kelas tersebut. Bu Ratna juga sebenarnya malas melakukan hal tersebut, tapi ia tetap melakukannya demi formalitas. Berulang kali ia sudah menyuruh kelasnya untuk diam, agar suara Edgar di dengar tapi tidak ada satupun orang mendengarkan. Tidak heran, Otomotif C Tahun Pertama memiliki sebutan kelas Kebun Binatang di antara para guru. 

 

“Nama saya Edgar, saya..”

 

Tiba-tiba ada seorang anak yang menjerit seolah dirinya orangutan sehingga membuat ucapan Edgar berhenti. Dan anak-anak lain pun mentertawakan dirinya tanpa henti. Edgar menatap tajam anak yang berani berteriak mengganggunya tersebut. Sang anak yang berteriak barusan begitu puas karena berhasil membuat kelas bertambah ribut. Ia menyeringai menatap Edgar. 

 

Mau Daftar Jadi Membership Sekte Novel Secara Gratis?

Silahkan Klik Disini untuk melanjutkan

“Nama saya Edgar Yogaswara, salam kenal semuanya,” ucap Edgar dingin mempercepat perkenalan dirinya. Toh tidak ada yang peduli juga. Hanya Bu Ratna yang mendengar ucapannya. Suara Edgar tenggelam atas kebisingan kelas yang tertawa, mengobrol, bahkan ada yang bermain lempar tangkap bola pada saat itu.

 

“Baiklah Edgar, silahkan pilih bangku yang kosong,” perintah Bu Ratna kemudian. 

 

“Baik Bu,” balas Edgar penuh hormat kemudian berjalan ke suatu meja yang sebenarnya sejak tadi sudah ia pantau. Meja baris kedua pada baris paling pinggir dekat jendela. Edgar selalu suka duduk di bangku yang tidak jauh dari jendela. 

 

Tapi langkah Edgar terhenti ketika seorang anak di sampingnya tiba-tiba menaikkan kakinya ke atas kursi tersebut. “Enyahlah! Sudah ada yang menempati disini brengsek!” bentaknya kasar tidak peduli masih ada Bu Ratna di depan. Wali kelas mereka pun hanya berpura-pura tidak mendengar.

 

Edgar langsung memberikan tatapan yang hendak membunuh rasanya. Tapi ia masih menghargai Bu Ratna yang ada di depan.  Baru hari pertamanya bersekolah di sekolah baru, ia sudah memiliki dua target yang hendak ia hancurkan. 

 

Edgar melanjutkan langkahnya di lorong meja yang sudah ia masuki. Satu-satunya bangku kosong yang tersedia di sana hanyalah bangku barisan belakang di dekat murid yang tadi berteriak ketika ia memperkenalkan diri. 

 

Edgar pun akhirnya sampai di bangkunya, murid yang tadi berteriak, menyeringai ke arah Edgar yang kini tepat di sampingnya. Ia cekikikan entah apa yang lucu. Mungkin anak itu sudah gila pikir Edgar. 

 

Setelah Edgar duduk, Bu Ratna pun berpamitan karena saat itu memang bukan jam pelajarannya. Ada pun guru yang masuk ke kelas tersebut pastilah hanya memberikan tugas saja mengingat kelas mereka “Kebun Binatang”. 

 

“Baiklah. Ibu mohon kalian jangan ribut hingga guru kalian datang,” ucap Bu Ratna santai lalu keluar dari kelas. 

 

Bruak! Baru saja Bu Ratna meninggalkan kelasnya. Suara kepala menghantam meja berdengung di kelas tersebut. Suara tersebut berasal dari Edgar yang menghantamkan kepala teman barunya yang sejak tadi cekikikan. 

 

“Kau ini sudah gila hah? Sejak tadi kau terus tersenyum kepadaku? Ada apa hah?” Bruak! Edgar mengangkat kepala anak itu lagi lalu menghantamnya lagi dengan keras ke meja di depannya. 

 

Setelah selesai dengan anak di sampingnya, Edgar keluar dari mejanya dan berjalan ke meja baris ke dua yang tadi hendak ia pilih. Disana anak yang tadi melarangnya duduk sudah menunggu Edgar dengan tersenyum. Sepertinya ia tahu Edgar hendak mengajaknya bertarung. 

 

Murid tersebut berusaha memukul Edgar terlebih dahulu tapi dengan mudah Edgar menangkap tangannya dan menarik keluar meja hingga terjatuh. Setelah jatuh Edgar begitu bringas memijak-mijak tubuh dan kepala murid tersebut. Kelas semakin ribut bukan lagi seperti kebun bintang tapi seperti hutan belantara rasanya.

 

Bug! Bug! Bug! Lantai kelas yang berubin putih itu kini terdapat bercak darah. “Mati kau brengsek!” ucap Edgar geram. 

 

“Woy bangsat!” teriak seorang murid dari baris meja terjauh. Ia langsung naik ke atas meja hendak mengejar Edgar yang di seberangnya dan di belakangnya juga ikut dua orang yang sepertinya juga kesal dengan Edgar. 

 

Edgar langsung berlari ke depan kelas. Ia dengan cepat melipat kursi guru yang terbuat dari besi. Brak! Dengan lihai Edgar mengayunkan kursi tersebut menghantam tubuh seorang murid yang mendekatinya. Brak! Brak! Brak! Dua orang yang lain yang ikut mengejarnya juga bernasib sial pagi itu karena berani berurusan dengan Edgar. Edgar membantai ketiga orang anak itu dengan kursi yang ia pegang. 

 

“Siapa lagi brengsek!” teriak Edgar menatap seisi kelas yang kini menjadi hening. Tidak ada lagi yang berbicara apalagi berani berteriak. Semua menatap Edgar dengan ketakutan. Dalam sekejap Edgar sudah membuat babak belur lima orang. 

 

Tidak mendapatkan jawaban, Edgar langsung melemparkan kursi yang ia pegang ke tempat beberapa murid berkerumun. Brak brak. Tapi beruntung semuanya mengelak dari lemparan kursi Edgar sehingga tidak ada yang terluka lagi. 

 

“Aku peringatkan jangan coba-coba menggangguku atau kalian akan mati!” ucap Edgar dengan lantang dengan mata memerah dan urat leher keluar. Dan benar saja tidak yang berani menjawab pernyataan Edgar barusan. Mereka semua baru menyadari bahwa Edgar bukan murid sembarangan. 

 

***

 

Edgar yang geram dengan suasana kelasnya langsung keluar dari kelasnya. Ia berkeliling-keliling sekolah, bukan karena ia ingin tahu bagaimana bentuk sekolah barunya itu. Tapi ia mencari sudut sekolah mana yang bisa ia panjat agar bisa kabur dari sana. 

 

Bolos sekolah adalah dosa lamanya saat ketika bersekolah di sekolah sebelumnya.  Di seluruh penjuru kota Khatulistiwa, perkelahian antar remaja adalah sesuatu yang dimaklumi. Edgar dikeluarkan bukan karena ia sering berkelahi, tapi karena ia sudah bolos sekolah dari waktu yang diwajarkan. Dari 30 hari sekolah ajaran baru dimulai, Edgar sudah bolos 29 hari.

 

Di kota Khatulistiwa Raya, orang yang tidak ingin belajar lebih hina daripada orang yang suka berkelahi.

 

“Ah sepertinya disana bisa,” gumam Edgar ketika sudah melihat gerbang bolosnya. 

 

Dengan lincah Edgar segera memanjat dinding tersebut.

 

“Hey!” jerit seseorang tiba-tiba membuat Edgar panik dan akhirnya terjatuh disana. “Aw!” Edgar mengelus bagian belakangnya karena sakit menghantam tanah. 

 

“Siapa namamu! Dan berasal dari kelas dan jurusan apa kau!” bentak orang tersebut yang ternyata seorang gadis manis. 

 

“A..aku..” Edgar mati kutu. Memang, daripada ketahuan berkelahi ketahuan bolos itu lebih berbahaya. Apalagi bolos di hari pertama sekolah. 

 

“Argh! Kenapa aku harus menjawab pertanyaanmu!” ucap Edgar yang baru sadar yang menegurnya juga murid. 

 

“Tentu saja karena aku anggota OSIS!” bentak gadis itu lagi.

 

“Ah!” Edgar kembali pucat. OSIS adalah organisasi yang paling Edgar benci. Mereka seperti polisi di setiap sekolah. Karena merekalah murid-murid akan di adili di ruang Bimbingan Konseling (BK). 

 

“Ayo ikut aku ke ruang BK!” bentak gadis berlesung pipi itu. 

 

“Anu..bisakah kita berdamai saja,” balas Edgar mengeluarkan selembar seratus ribu dari saku seragamnya. Sama seperti polisi di luar, biasanya anggota OSIS bisa di taklukkan dengan uang. 

 

“Hey! Kau berusaha menyuapku? Wah pelanggaran yang kau perbuat sangat berat!”

 

“Eh apa kurang banyak?” Edgar berusaha mengeluarkan dompetnya. 

 

Grep! Dengan cepat gadis itu merampas dompet Edgar. “Jangan kira kau bisa menyuapku!” ucapnya sangat marah. 

 

“Ba..baiklah maafkan aku,” ucap Edgar tertunduk menyerah.

 

“Sekarang sebut namamu dan berasal dari kelas mana kau berasal.”

 

“Baiklah. Namaku Edgar, aku adalah murid baru di kelas Otomotif C Tahun Pertama.”

 

“Kau murid baru tapi sudah berani bolos?” gadis itu semakin geram.

 

“Eh..eh dengarkan alasanku terlebih dahulu. Sebenarnya aku tidak ingin bolos, tapi teman-teman di kelasku merundungku. Aku tidak kuat, oleh karena itu rasanya aku ingin kabur saja dari sekolah ini,” ucap Edgar sambil memelas. Tentu saja ia berbohong, kenyataannya ia baru saja membantai lima temannya dan membuat seisi kelasnya mati kutu di hadapannya.

 

Wajah gadis di depan Edgar yang awalnya marah perlahan seperti iba kepada Edgar. “Pasti begitu sulit menjadi Pria ya.”

 

Edgar mengangguk pelan. 

 

“Baiklah hari ini kau aku maafkan. Tapi sebagai gantinya kau harus berjanji kepadaku,” ucap gadis itu tiba-tiba. 

 

“Ap..apa itu?” balas Edgar sambil menunduk, padahal dalam tunduknya Edgar tersenyum seperti setan.

 

“Kau tidak boleh menjadi lemah lagi! Angkat kepalamu dan jangan lari dari masalahmu! Seperti itulah pria menghadapi masalahnya.”

 

Dengan perlahan-lahan Edgar pun mengangkat kepalanya dan mengangguk kepada gadis di depannya. 

 

“Baiklah anak lemah ayo kembali ke kelasmu.”

 

“Terimakasih, baiklah aku akan berjanji,” balas Edgar lalu meninggalkan gadis itu dengan penuh kemenangan.

 

***

 

Author note :

Ini adalah karya asli penulis bukan terjemahan dari manapun atau plagiat dari mana pun. Komen sebanyak-banyaknya di bawah agar penulis lebih semangat up-nya.

 

Jika ada chapter error silahkan laporkan lewat komentar dibawah.

Bergabung ke Sekte Worldnovel untuk berdiskusi.