Baca beberapa hal berikut sebelum melakukan edit terjemahan.

“Semuanya, mundur!”

Dengan cepat aku berteriak, tapi asapnya menyebar dengan sangat cepat. Para anggota guild mengerang dan sempoyongan saat asap ungu itu sampai sepergelangan kaki.

Ghg, tunggu sebentar…”

Ugh…”

Klang.

Para anggota guild menjatuhkan senjata mereka, menundukan kepala mereka dengan ekspresi kosong. Melambaikan tangan mereka tak berdaya, mereka mulai berjalan serempak ke suatu tempat tanpa sadar.

“Bangun!”

Keadaannya sama pada kedua healer yang berdiri di sebelahku yang mana wajahnya ketakutan. Mereka menghalangiku, mendorongku dan berjalan maju seakan dirasuki.

“Han Yigyeol-ssi.”

Woo Seohyuk berlari ke arahku. Untungnya, dia tampak baik. Cheon Sayeon yang dengan tenang melihat para anggota guild yang sempoyongan dan bergerak ke arah teriakan monster, berbalik padaku.

Mau Daftar Jadi Membership Sekte Novel Secara Gratis?

Silahkan Klik Disini untuk melanjutkan

“Hmm.”

Dia tersenyum padaku. Kenapa kau tersenyum dalam situasi serius seperti ini?

“Master! Asap ini…!”

“Mn.”

Cheon Sayeon yang mengeluarkan pedang dan jaketnya, tiba-tiba menarik lenganku dengan kuat.

“Ugh, apa…?”

“Apa yang harus kulakukan, Han Yigyeol?” Dia melihat ke bawah padaku dan tersenyum cerah. “Ini sangat menyenangkan.”

“Apa?”

“Ini sangat menyenangkan. Kupikir aku akan gila.”

Klungkung! Klungkung!

Suara batu-batu jatuh dapat terdengar. Itu sangat dekat.

“Ayo pakai ini untuk sekarang.” Cheon Sayeon memakaikan jaketnya ke bahuku dan tersenyum dengan senang hati. “Woo Seohyuk.”

“Ya.”

“Ayo ganti rencananya. Kurasa, kita tak perlu khawatir pada para anggota guild.”

“Oh—tunggu!” Cheon Sayeon memegangku erat dalam dekapannya saat aku ketakutan. Kucengkeram kerahnya dan bertanya, “Apa maksudmu kita tak perlu khawatir?”

“Sebenarnya.”

Cheon Sayeon menyayat telapak tangannya dengan pedangnya. Pedangpanjangnya yang tampak luar biasa. Aku langsung mengenali identitas pedang itu. Itu pedang kelas SS Lilith.

“Skill sihirnya Banshee. Apa kau tahu?”

“Maksudmu ability untuk mengendalikan pikiran? Tapi itu…”

“Karena grade-nya meningkat, sepertinya kondisi untuk mengaktifkan abilitypun itu sudah berubah.”

“Jadi maksudmu banshee itu menuju kemari?”

“Bersama dengan para ghost.”

Banshee memakai sihir pada satu orang dan menyuruhnya untuk melindunginya yang punya tubuh relatif lemah. Banshee ini yang mana harusnya grade S menjadi S+, jangkauan abilitysihirnyabertambah sampai kemari.

“Jika kau di bawah kendalinya, tidak perlu khawatir akan diserang monster. Jadi, hal pertama yang harus dilakukan adalah melawan para ghost dulu. Woo Seohyuk, terus kauawasi banshee untuk mencegahnya menggunakan sihir yanglebih menyebalkan lagi.”

“Aku mengerti.”

Woo Seohyuk mundur. Ketika jaraknya cukup jauh sampai pembicaraan tak dapat terdengar, Cheon Sayeon mulai berbicara sambil dia menggunakan ability-nya.

“Aku memberitahumu karena sepertinya kau tidak menyadarinya, Han Yigyeol.”

“…apa?”

Semua rank A kecuali kau itu terpengaruhsihir.”

Aku mengerut pada perkataan yang dibisikan ke telingaku.

Ketika itu aku tersadar kenapa Cheon Sayeon begitu senang. Memakai jaket dan berdiri dekat dengan Cheon Sayeon, kupaksakan senyumku.

“Kukira sesuatu yang penting.”

“Itu bukan hal yang sepele.”

Kkiii—

Gukung, gukung. Giiik.

Dalam kegelapan, cahaya biru berkedip saat kami mendengar teriakan para ghost.  Meskipun mendengarnya sekali, kami bisa tahu kalau itu bukan hanya satu atau dua. Sebagai garis pertahanan terakhir, sisa jeruji besi bergetar seakan akan hancur.

“Jadi? Apa kau ingin mendengar jawabannya atau ingin menggali dalam dirimu sendiri? Kalau yang terakhir, kurasa kita harus pertimbangkan soal persekutuan kita.

“Kalau begitu sayang sekali, akan kutunggu hingga nanti.”

Kalau dipikir-pikir, bahkan saat di gate grade SS, semuanya tertarik ke dalam pasir kecuali aku dan Cheon Sayeon. Bahkan Park Geonho yang rank S pun tak berdaya dan ability grade SS bos Lilith berpaling padaku. Sudah pasti itu tidak normal.

Kretektek! Krung!

Jeriji besi itu mengerut seperti kertas. Kobaran api yang mengelilingi pedang Cheon Sayeon terbakar lebih makin panas lagi.

“Untuk alasan apapun, memang benar kau harus berhati-hati. Terlebih, Woo Seohyuk orang yang cepat tanggap, jadi itu kesempatan yang bagus baginya untuk menyadarinya.”

Itu benar. Aku tak berpikir kalau Woo Seohyuk tipe orang yang akan membicarakan soal itu dengan tergesa-gesa.

“Apapun itu, aku akan bersenang-senang.”

Itu pasti akan menarik, ditambah situasi di mana Woo Seohyuk bisa menyadarinya. Aku menghela napas dan mengaktifkan ability-ku. Di saat yang sama, pintu masuknya runtuh dan monster-monsterpun muncul.

Kugugugung, kuguung.

Para ghost dengan tubuh yang tembus pandang dan cahaya biru yang sepertinya itu matanya, menghampiri sambil berteriak dengan anehnya.

Kelimannya terurai, jubah kotor melayang di udara dan gigi keropos dapat terlihat dari mulut yang terbuka. Para anggota guild mengerumuni banshee yang mana terlihat seperti penyihir dalam dongeng kuno.

Kihihihi. Hihihik.

Ketika para ghost san banshee muncul, berarti total ada 16 monster grade S+. Tubuhku yang kaku karena jumlah yang mengerikan. Aku bernapas dengan tenang dan mengangkat tubuh Cheon Sayeon.

Para ghost yang tubuhnya terpelintir seperti meskin rusak, muncul serentak dan menolehkan kepala mereka pada Cheon Sayeon.

Gagagak, gagagak. Geuk!

Zztzztzt!Terlihat arus listrik yang membalut seluruh tubuh ghost. Di saat yang sama, Cheon Sayeon terbang ke kanan. Kwaang!Petir biru menghantam lantai dan menyebar. Kutelan kembali teriakanku.

“Ugh!”

Cheon Sayeon mengayunkan pedangnya dengan tajam. Zzzztzztzt!Listrik berduri melewati pipiku, memisahkan tubuh bagian tengah ghost yang ada di dekatnya. Darah bercipratan.

Setiap kali monster dengan aliran listrik yang mengalir ke seluruh tubuhnya ituterbunuh, aliran listrik menyeruak dari pedangnya. Untungnya, Cheon Sayeon yang akan menyerang langsung, memakai pedang grade SS, jadi dia tak terkena dampak yang besar.

Cheon Sayeon melihat darah mengalir dari pipiku yang tersayat. Kugelengkan kepalaku.

“Biarkan saja.”

Takkan membantu apapun jika aku malah membebani. Mungkin Cheon Sayeon berpikiran yang sama denganku dan tidak ada keraguan saat dia memegang pedangnya.

Kyaaaak!

Sejumlah kristal beracun terbang bersama teriakan banshee yang menusuk telingaku. Aku langsung mengganti arah angin di sekitarku dan mengangkat tubuh Cheon Sayeon tinggi-tinggi. Kristal-kristal beracun yang mengenai lantai mendesis dan melelahkan lantainya.

“Kanan!”

Karena teriakanku, Cheon Sayeon menundukan tubuh atasnya dan mengayunkan pedangnya secara horizontal di saat bersamaan. Sesaat setelah kristal beracun tepatmelewati kepalaku, aliran listrik yang panas sekali lagi melewatiku.

“Ugh!”

Dar! Duar!

Cahaya putih meledak dalam pandanganku dan aku merasakan rasa sakit terbakar di dahiku. Sruuruk, sesuatu melewati mataku dan turun ke pipiku. Bledardar! Bledar! Petir menyambar tiap kali Cheon Sayeon lewat.

Dan lagi, tubuhku gemetar ketakutan. Kukertakan gigiku dan menahan rasa sakit. Sisa jumlah ghost tinggal 12.

Di antara para ghost, aku melihat Woo Seohyuk dengan melawan banshee.Tampak tidak mudah untuk menyerang karena para anggota guild yang menghalanginya.

Kutarik keluar energi di sekitar jantungku dengan kuat.

Wuuuuuush! Angin yang kuat perlahan membesar di sekitarku. Permata pada gelang yang kupakai mulai bersinar dan energi mulai terisi sedikit demi sedikit, tapi itu tidak membantu karena jumlah yang dikeluarkan sangatlah besar.

Kugugung, nguung! Kuguung!

Angin puyuh yang cukup kuat untuk menghentikan para ghost menyapu para anggota guild. Menyadari niatku, Woo Seohyuk meletakan lengannya yang sudah berubah di lantai dan menahan anginnya.

Kyaaaa!

Para anggota guild yang melindungi banshee terhempas karena ability-ku dan menabrak ke tembok lalu pingsan. Tidak ada luka karena tidak ada serangan, itu hanya angin yang kuat.

Ketika para anggota guild terhempas angin, banshee pun mulai panik. Ketika angin mereda, Woo Seohyuk bergegas ke arah banshee seakan dia menunggu untuk itu.

“Tidak buruk.”

Cheon Sayeon yang tidak menyerang para ghost pun mengayunkan pedangnya lagi dengan maksud ingin melihat apa yang akan kulakukan.

“…..!”

Ghostdilahap oleh  api yang menyilaukan bersamaan dengan aliran listrik. Kutahan rasa sakit dengan mencengkeram baju Cheon Sayeon.

Luka di bahuku berdenyut sangat sakit dan terkena cairan panas. Aku bisa tahu meski tidak harus melihatnya. Lukanya tiba-tiba terbuka.

“Tubuhmu tidak akan sanggup menahannya kalau aku ke arah mereka satu persatu.”

“Apa? Lakukan saja…”

Darah di sekujur pedang terbakar panas seakan itu akan membakar sekelilingnya.

Bukannya menjawab, Cheon Sayeon memelukku dengan erat dan dengan cepat masuk ke tengah-tengah para ghost. Menyadari apa yang akan dia lakukan, kuucapkan sumpahan dan mencengkeramnya kuat-kuat.

Geuoook! Gukuk! Guoo!

Wuuush, ketika dia mengayunkan pedangnya, tiga ghost terbakar bersamaan. Tubuh termbus pandang berubah jadi abu hitam dan aliran listrik yang kuat melewatinya.

“Huu, uaaaaah, agh!”

Kekuatannya berbeda dari saat aku membunuh satu—kulengkungkan punggungku sambil berteriak. Sayatan tipis muncul di belakang tangan dan pahaku lalu darahpun menetes.

“Anj*ng—kau—!”

“Tahan,” kata Cheon Sayeon tegas.

Tidak sepertiku yang menahanaliran listrik yang mengalir dari pedangnya tiap kali membunuh ghost, CheonSayeon yang tidakmenerima dampak apapun, tampak bersenang-senang dalam pertarungan.

Kuuuuuung! Kuuung!

Ruangan yang gelap tersorot sinar biru. Para ghost berkerumun untuk menangkap Cheon Sayeon.

Cheon Sayeon melebarkan jaraknya dan merendahkan tubuh atasnya. Otot-otot bahu dan lengannya mengencang dan pergelangan tangannya sedikit memutar. Dari kiri ke kanan. Kuubah pandanganku pada ujung pedang Cheon Sayeon.

Kugwagak! Guak!

Tubuh ghost meleleh sedikit demi sedikit karena terlalu dekat dengan api. Petir menyambar di antara kerumunan ghost. Di saat yang sama, pedangCheon Sayeon bergerak dengan cepat dengan kekuatan dari angin.

Kobaran api merah dan petir bieu menghantam dan berkobar dengan indah. Bagian-bagian para ghost yang meleleh menetes ke pedang dan mengalir ke lantai.

“Uuuugh, ah…”

Tubuhku gemetar menahan rasa sakit yang tak tertahankan. Aliran listrik yang menjalar ke tubuhku mengoyak punggungku. Jantungku berdetak sangat cepat—aku tidak bisa mengendalikannya. Napasku menjadi berat.

“Tiga lagi.” Menghindari petir yang mengincarnya, Cheon Sayeon menepuk pelan punggungku yang berdarah, “Apa yang harus kulakukan, Yigyeol-ah? Apa kau kesulitan?”

“Diam…”

Itu sangat mengerikan pura-pura baik pada orang yang kau permainkan.

“Haruskah kubunuh mereka satu persatu atau kubunuh sekaligus? Hm? Akan kulakukan apapun yang kau mau.”

Kujawab sambil berkeringat dingin. “… sekaligus.”

“Hmm.” Cheon Sayeon memeluk tubuh lemasku dan berkata sambil tersenyum, “kalau begitu, pegangan.”

Huuk, sesaat setelah tubuhnya melompat, kobaran api menyeruak dengan tajamnya. Guooo, rasa sakit yang menunggu bersamaan dengan teriakan terakhir ghost terlintas melewati pinggangku dan memanaskan bagian belakang leherku.

“Ugh, uh… Uugh.”

Ketika Cheon Sayeon berjalan melewati kobaran api yang membakar para ghost, dia memeluk tubuhku yang menggeliat.

 

 

______________________________________________________________________________________________________________________

~Bantu dukung aku dengan trakteer di link yang tertera di profilku ( ada di overview ) biar aku makin semangat nge-translate-nya dan cepat update-nya. Terima kasih~

Jika ada chapter error silahkan laporkan lewat komentar dibawah.

Bergabung ke Sekte Worldnovel untuk berdiskusi.