Baca beberapa hal berikut sebelum melakukan edit terjemahan.

Aku tidak ingin makan makanan berat, jadi berhenti di restoran cepat saji dan membeli set hamburger. Membawa kantung plastik yang mengeluarkan aroma minyak, kumasuki gang area perumahan tua.

Di gang yang kotor dan sempit itu gelap, hanya ada lampu jalan tua yang menyala.

“Ini mengingatkanku pada diriku yang dulu…”

Dulu, aku pindah ke tempat yang mirip seperti ini saat aku baru mulai bekerja.

‘Kurasa di sekitar sini.’

Sulit untuk menemukan lokasi yang tepat karena papan alamat tiap rumah sudah rusak atau hilang. Ketika aku sedang mondar-mandir di gang beberapa lama, aku mendengar seorang pria berteriak.

“B*jingan, berhenti di sana!”

Seseorang terlihat di sisi lainnya saat aku mendengar suara kotak terjatuh.

Aku berhenti untuk melihat apa yang terjadi. Pria yang kabur itu tertangkap oleh pria yang mengejarnya dan berguling keras di jalanan.

“Kim Woojin, b*jingan, kau hanya b*jingan menyedihkan yang mereka kasihani, tapi kenapa kau malah membuat keributan besar? Hah?”

Mau Daftar Jadi Membership Sekte Novel Secara Gratis?

Silahkan Klik Disini untuk melanjutkan

“Sialan, lepakan!”

Melihat energi besar si pengejar yang mengambil alih, aku mengerut pada nama Kim Woojin. Ketika aku mendekat beberapa langkah, aku dapat melihat wajah orang yang tertangkap itu terterangi lampu jalan.

‘Itu sungguh Kim Woojin.’

Sudut bibirnya robek seakan dia sudah dipukul sebelumnya dan pipi sebelahnya merah. Pria yang mencengkeram Kim Woojin yang berontak, menaikan pipi tembamnya ke yang paling tinggi dan tertawa menyindir.

“Mau berapa lama lagi kau akan bertahan? Kau jadi sombong dan merasa hebat setelah sebuah guild menerimamu meski ability-mu membosankan, sialan…”

Ghg…” Kim Woojin yang menata pria itu dari rambut merahnya yang basah akan keringat, menggertakam giginya dan berkata, “Minggir, sialan. Meski kau memberiku beberapa ribu, aku takkan pergi, jadi lepaskan aku!”

“B*jingan sialan.”

Pria itu menggelung lengan kemeja sutranya dan mengepalkan tinjunya. Aku bisa melihat kalau tinjunya lebih besar dari wajah Kim Woojin dalam sekali lihat.

“Ayo lihat apa kau masih sombong saat kau dipukuli sampai kau tak bisa bernapas lagi.”

Mata Kim Woojin bergetar tak karuan. Ketika aku melihat ke sana, aku menghela napas dan mengaktifkan ability-ku. Huuk, tubuhku langsung melompat ke depan.

“Hari ini kau akan mati—gugh!”

Pria itu tertendangbahunya karena kakiku, terpental ke samping. Kim Woojin yang menutup matanya rapat-rapat untuk mengantisipasi rasa sakitnya, tampak terkejut.

“H-Han Yigyeol?”

“Ya.”

“Kau—kau b*jingan, kau pikir, kau itu siapa!” Pria yang tiba-tiba terserang lalu terhuyung kemudian berdiri.

Aku berkata dengan terus terang, “Orang lewat.”

“Kalau begitu kau lewat ke manapun kau pergi, sialan kau, kanapa kau menggangguku!”

Oh. Kuralat jawabanku.

“Sebenernya, aku teman kerjanya.”

“Apa?”

Pria itu membuat ekpresi berkerut untuk sesaat. Kim Woojin yang melihatku dengan kagum, menyelang pembicaraan. “Han Yigyeol, kenapa kau di sini?”

“Untuk makan malam bersama.”

Ngomong-ngomong soal itu, kuberikan kantung makanan cepat saji yang kupegang pada Kim Woojin. Kim Woojin yang tiba-tiba diberi kantung itu mengerut.

“Jadi, kenapa kau dipukuli?”

“Itu…”

Hei, kubilang hei!” Pria itu melihat ke arahku dan Kim Woojin bergantian, berteriak dengan nada kesal. “Kenapa kau tidak biarkan saja dan pergi dari sini? Kalau kau pergi sekarang, aku akan membiarkanmu!”Kata-kata itu mengingatkanku saat dulu aku terlibat pertikaian. Aku tersenyum membalas.

“Harusnya aku yang bilang begitu. Pergi dari sini. Jangan bully anak kecil.”

Karena perkataanku, wajah pria itu memerah. Pria itu mengepalkan tinjunya, menghela napas berat dan berlari ke arahku.

“Kau b*jingan,akan kubunuh kau!”

Kuayunkan tanganku, dengan ringan menghindari seranganyang tepat mengarah ke daguku. Angin membalut di sekitar kedua kaki pria itu dan menariknya ke bawah. Pria itu berteriak saat wajahnya terbanting ke lantai semen.

Astaga, santailah. Aku terus menggerakkan anginnya sambil melihat pria itu menyumpah. Tubuh pria itu terangkat dan menabrak ke tembok, tangannya yang bergerak sendiri itu memukul wajahnya dan kedua kakinya bengkok ke arah yang tidak seharusnya. Pria iru mengomel dan berteriak tak bisa menahannya lagi dan kabur dariku dengan tergesa-gesa.

Kau, lihat dan tunggu saja! Dia mengucap perkataan seperti penjahat kelas kambing dan mendecakan lidahnya saat aku melihat punggung pria itu berjalan menjauh. Itu karena dia tak punya hak untuk melakukan itu. Ketika aku bermain dengan pria tadi, Kim Woojin yang berdiri dengan tubuh terluka, melihatku dengan tatapan canggung.

“…Hei, Han Yigyeol.”

“Apa?”

Membuang waktu di tempat tidak berguna hanya membuatku lapar. Hamburger-nya pasti sudah dingin.

“Sungguh, kenapa kau ada di sini?” Tanya Kim Woojin yang dengan kasar mengusap air mata dan noda darah di sekitar matanya dengan lengan bajunya.

“Sudah kubilang, aku kemari untuk makan malam denganmu. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu.”

Perlahan, kuperiksa kondisi Kim Woojin. Ketika aku melihatnya lebih dekat, kedua tangannya terluka saat dia terjatuh dan celananya kotor. Kurasa, aku harus merawatnya

“Ngomong-ngomong, ayo pulang dulu. Pimpin jalannya. Aku dari tadi mondar-mandir mencari rumahmu.”

“R-Rumah? Rumahku?”

“Kalau begitu, kau menyuruhku untuk pergi ke rumah orang lain? Berhenti bertanya pertanyaan aneh dan ayo jalan.”

Kim Woojin yang ragu untuk sesaat, memimpin jalannya. Melihatnya daribelakang, Kim Woojin tampak tidak nyaman saat berjalan. Kakinya juga pasti terkilir.

Rumah Kim Woojin ada di sekitar sudut. Kim Woojin yang masuk dengan membuka pintu yang berkarat, memasukinya basement. Di sana tercium bau apak yang kuat.

“… kuberitahu kau dulu. Di dalam itu sangat sempit. Juga berantakan.”

“Lalu kenapa, aku bahkan tidak punya rumah. Sekarang kau sudah memberitahuku, buka pintunya.”

Merespon reaksiku yang berbeda, Kim Woojin menghela napas kecil dan membuka pintunya.

Seperti yang diduga, di dalam rumah sangatlah sempit. Kasur tua yang diletakkan di sudut dan terdapat gantungan baju dengan pakaian di sebelah dapur lapuk.

Ketika melihat keluar jendela kecil dan melihat ke bawah ke tanah gang, aku berpikir, ‘Wow, ini sungguh mirip.’

Kurasa semua ruangan semi basement seperti ini. Ruangan yang kutinggali dulu seperti ini.

Kim Woojin membuka meja lipat kecil dan meletakan kantung makanan cepat saji di atasnya.

“…ini sempit, iyakan?”

“Ya, tapi bukan masalah.”

Meski ruangannya kecil, tapi cukup bersih dari yang kukira. Setelah kucuci tanganku di kamar mandi, aku duduk di dekat meja dan membuka bungkus burger.

“Ayo makan dulu. Aku hampir mati karena lapar.”

“Hah? Ok…”

Karena perkataanku, Kim Woojin yang baru saja mencuci tangannya di kamar mandi juga mengambil hamburger. Pasti sangat tidak nyaman makan hamburger itu karena mulutnya sobek, tapi dia bergumam dan makan dengan lahap. Sesekali terdengar suara gemerisik daun di ruangan yang sunyi ini.

“Kim Woojin,” kataku sambil menyeruput cola. “Apa berusaha mencariku setelah kau bangun pagi ini?”

“Sialan, kau mau bicarakan ini? Kemana kau pergi, berjalan sendirian?”

“Ada pekerjaan yang harus kulakukan.”

“Berikan nomormu. Aku mencoba untuk menghubungimu, tapi aku tidak tahu nomormu…”

“Aku meninggalkan ponselku, jadi aku tak bisa menjawabnya.”

“Aku berniat untuk menunggu, tapi Master datang…”

“Ok, ok.”

Kim Woojin jadi cemberut saat kupotong rengekannya di tengah-tengah. Melihatnya, hati nuraniku sedikit tertusuk dan menambahkan sepatah kata. “Lain kali, jika mungkin, aku akan memberitahumu. Ok?”

“…..”

Kim Woojin masihcemberut seakan dia tidak puas, tapi ekspresinya sudah lebih santai.

Perutku sudah kenyang, kuusap minyak di tanganku dan berbaring di atas kasur. Layaknya tetangga nakal, aku berbaring di kasur orang lain, tapi aku bangun saat dia selesai membersihkan bekas tadi.

“Bawakan obat-obatan.”

“Hah? Obat?”

“Iya. Min Ahrin-ssi sedang absen dan tidak bisa menyembuhkanmu, jadi aku akan memberimu beberapa obat.”

“Aku baik saja…”

Ketika bicara seperti itu, Kim Woojin sungguhmembawa obat salep dan perban. Saat kuambil perban kusut yang tampaknya dibiarkan begitu saja, aku berkata, “Duduklah. Akan kukak6 untukmu.”

“Tidak, aku…”

“Apa kau mau melakukannya sambil melihatnya di cermin hancur dalam kamar mandi itu? Duduk.”

Kim Woojin yang melihatku, duduk di depanku.

“Tutup matamu.”

Dia memberiku obatnya, tapi rasanya sedikitsangat tidak nyaman untuk bertukar pandang, jadi aku menyuruhnya menutup matanya. Kubiarkan Kim Woojin menutup matanya dan menekan obat salep ke jariku.

“Ugh.”

“Tahan.”

Ketika aku menepuk-nepuk luka di sudut bibirnya dengan jariku, Kim Woojin gemetar tidak suka seakan sangat perih. Dari apa yang terlihat, dia diam-diam menerima sentuhannya yang mana tidak lembut karena dahinya berkerut.

“Sekarang aku sudah merawat luka di bibirmu, jelaskan.”

“Apa?”

Melihatnya dengan seksama, darah yang turun dari bawah matanya bukanlah tanda luka serius. Aku lega.

“Apa maksudmu ‘apa’? Beritahu aku, siapa b*jingan tadi itu.”

“…..”

Kim Woojin yang tidak berkata apapun sampai aku mengaplikasikan obat dan membalutnya dengan perban, debgan hati-hati membuka matanya dan memegang tanganku. Mata berwarna tembaganya Kim Woojin, menatapku yang ada di hadapannya, berkilau karena cahaya.

“Itu karena ability-ku.”

“Apa dia menyuruhmu untuk membantu pekerjaannya?”

“Ya. Sebenarnya…dia membantuku sedikit beberapa waktu lalu.”

Kim Woojin perlahan mengedipkan matanya. Kulihat titik kecil di bawah alisnya. Itu tahi lalat.

“Pertama kali ability-ku bangkit itu saat umur 17dan begitu mereka tahu, dia menyarankan aku untuk bekerja untuk mereka di area itu.”

Itu dapat dimengerti. Di mata orang-orang sepertiku, ability Kim Woojin akan sangat berguna.

“Saat itu, aku masih kecil dan kesulitan dalam menjalani hidup, jadi…aku menerimanya.”

Bagaimanapun, tidak mungkin buruh itu tidak dibayar dengan benar. Orang-orang itu memang hebat kalau memukuli orang bodoh.

“Awalnya baik-baik saja. Pekerjaannya tidak terlalu sulit dan dia membayarnya untuk itu.”

“Tapi kemudian, pekerjaannya makin berbahaya dan dia tidak membayar.”

“Benar. Lalu, untungnya, aku mendapat perhatian Master dan kuputuskan untuk kabur dari para b*jingan itu. Ketika kujelaskan situasinya, Master menyewa sebuah ruangan guild, jadi aku meninggalkan rumah beberapa saat.”

“Apa pria yang mengejarmu tadi itu dari tempat di mana kau bekerja saat itu?”

“Tidak. B*jingan itu beda lagi. Dia terus kembali untuk melihat keadaanku sejak 2 bulan lalu. Dia menyuruhku untuk membantunya mengedarkan obat…”

“Tolak. Jangan pernah berurusan dengan b*jingan obat karena mereka itu gigih.”

“Hah? Benar…” Kim Woojin membuat ekspresi lembut.

“Apa dia membuat keributan tiap kali dia datang?”

“Sampai terakhir, dia hanya menyarankan untuk berpikir kalau ini hal positif, tapi aku tidak sering pulang ke rumah dan mulai menghindarinya, jadi dia berusaha membawaku dengan paksa.”

“Cih.”

Karena itu harusnya kau tidak berurusan dengan mereka.

“Tak ada cara lain. Tetap bersamaku di ruanganku.”

“Hah?”

“Karena kau dipukuli hari ini, mereka akan mulai berkelompokbesok. Kau bisa menanganinya?”

Kare perkataan itu, mata Kim Woojin bersinar dan berkilauan

Kim Woojin yang duduk tegang sedari tadi, menenangkan tubuhnya dan menyandarkan punggungnya padaku.

“Tidak, aku tidak bisa menanganinya…aku sangat takut hari ini.”

“Mn. Kurasa juga begitu.”

Pria ini menurunkan alis tajamnya dan membuat wajah sedih. Rasanya seperti melihat kucing terbuang di hari hujan.

“Tinggallah di ruanganku seperti kemarin. Apa sofanya sedikit tidak nyaman?”

“Tidak. Sofanya biasa saja. Lebih nyaman daripada di sini…”

Kuanggukan kepalaku. Bagaimana bisa orang yang sensitif seperti Kim Woojin menahan hal semacam itu? Aku tidak bisa berbuat apa-apa.

“Aku tidak minta ruangan lain, tapi tidak masalah jikahanya kau sendiri yang ada di ruangan yang kugunakan. Ayo berkemas dan pergi sekarang juga.”

“Ok.”

MungkinKim Woojin sudah merasa lebih baik karena masalahnya sudah terselesaikan, dia tersenyum kecil padaku. Aku menyeringai padanya.

Rasanya seperti punya adik laki-laki yang umurnya beda jauh. Itu manis.

Menyembuhkan luka kecil orang lain, akupun berdiri dan berkata, “Dia mungkin akan mendobrak pintu dan masuk. Banyak barang akan dihancurkannya, jadi kemasi barang-barang yang penting bagimu dengan benar.”

“Tidak apa. Tak ada apapun di sini.”

Barang yang Kim Woojin bawa hanyalah ponsel, charger dan beberapa pakaian. Sangat sederhana.

“Ayo.”

Dengan Kim Woojin di punggungku, aku kembali ke gedung guild. Aku punya rekan yang tak diduga akan menetap bersama, tapi itu tidak terlalu buruk.

Ngomong-ngomong, untuk saat ini, Kim Woojin-lah yang paling nyaman untuk berada di sekitarku.

 

 

 

 

______________________________________________________________________________________________________________________

~Bantu dukung aku dengan trakteer di link yang tertera di profilku ( ada di overview ) biar aku makin semangat nge-translate-nya dan cepat update-nya. Terima kasih~

Jika ada chapter error silahkan laporkan lewat komentar dibawah.

Bergabung ke Sekte Worldnovel untuk berdiskusi.